CERPEN
Oleh : Nurjihan Muthia Ulfa (XI MIA 1)
Sungguh gelisah Aku hari ini. Ku kumpulkan semua tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi satu, lalu ku bawa lembaran-lembaran kertas tersebut ke ruang makan, tempat biasa Aku mengerjakan segala macam PR-ku. Aneh memang, tapi mau gimana lagi? Adik lelakiku sedang bermain Play Station di kamarku dan mengusirku seenak jidatnya. GeGaNa. Gelisah, galau, merana, itulah keadaanku sekarang ini. Bingung rasanya, dari sekian tugas Bahasa Indonesia ada satu diantaranya yang paling tidak bisa Aku kerjakan. Apalagi kalau bukan cerpen. Cerpen, cerita pendek adalah tugas akhir dari BAB pertama dimana siswa di minta untuk membuat sebuah cerita yang memiliki alur yang cukup sederhana dan bentuknya yang pendek dan terkesan praktis.
Ini sudah pukul delapan malam namun belum satu ide pun yang muncul di pikiranku. Aku sampai terheran-heran kepada teman-teman sekelasku, otak semacam apa yang mereka miliki sehingga dengan kreatifnya mereka membuat cerpen dengan cepat bahkan sampai 6 halaman banyaknya. Sebenarnya apa yang mereka ceritakan? Tambah menyedihkan saja keadaanku dibuatnya. Yang Aku lakukan sekarang hanyalah mengadu dan meminta do'a kepada temanku melalui sebuah sosial media khusus chat yang ku miliki. Sembari memikirkan ide cerita, Aku memilih untuk mengerjakan tugas lainnya.
Adzan Isya' pun berkumandang. Ku hentikan aktivitas "mari kerjakan tugas Bahasa Indonesia" terlebih dahulu untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslimah, sholat Isya'. Mungkin dengan berdo'a kepada Allah SWT. otakku dapat kembali encer dari kebekuannya selama bertahun-tahun. Selang beberapa lama, akhirnya muncul-lah ide cerita yang dapat ku pakai dalam membuat cerpenku. Ya..ada baiknya jikalau Aku memakai pengalaman pribadiku untuk hal ini. Tak salah bukan? Siapa tahu dalam proses pembuatan cerpen nanti Aku dapat lebih merasakan perasaan yang dialami si tokoh nanti. Ku tarik nafas dalam-dalam lalu ku hembuskan perlahan. Mulailah Aku menorehkan kisahku sebagai percobaan dalam membuat cerpen. Tak terasa sudah hampir 2 lembar dan berjam-jam waktu yang ku habiskan dalam pengetikan cerpen ini. Hal ini sangat menyulitkanku karena laptopku tiba-tiba saja rusak dan mebuatku terpaksa mengerjakan tugas ini dengan handphone yang ku miliki. Kedua jempolku serasa mau lepas saja dari tempatnya.
Ketik-ketik-ketik-hapus-ketik-hapus-ketik-ketik-hapus-ketik. Pekerjaan ini membuat kedua mataku kelelahan sebab di hadapkan dengan layar handphoneku dengan jarak yang terlalu bisa dikatakan terlalu dekat. Aku yakin minus mataku berkembang pesat sekarang. Sejenak ke hentikan pekerjaan ini untuk pergi mengisi perutku yang sedari tadi meraung-raung layaknya serigala di salah satu sinetron picisan di TV. Ku baca perlahan cerita yang sudah ku buat. Geli. Satu kata yang ku pikir dapat mendeskripsikan cerpen buatanku di tambah cerpen ini bertemakan percintaan. Ini kisah pribadiku, namun apa daya gadis kecil ini? Tak ada ide lagi yang bermunculan di dalam otakku. Selesai makan, aku tidak langsung kembali mengetik cerpen. Aku memilih untuk menyiapkan buku-buku yang akan di pelajari esok di sekolah. Karena sudah larut malam. Aku memilih untuk melanjutkan semua PR-ku di dalam kamar saja. Ku posisikan diriku berbaring di atas ranjang dan ku lanjutkan pekerjaanku yang sebelumnya tertunda.
Detik demi detik berlalu. Menit demi menit berlalu. Posisiku ini sungguh menggodaku untuk pergi ke dunia mimpi. Aku pun terdiam sejenak, tanggung rasanya, sudah setengah ceritaku buat. Tapi setelah ku pikir-pikir sebaiknya ku hentikan saja. Baterai handphoneku sudah mulai melemah. Ada baiknya aku mencharge handphoneku terlebih dahulu dan melanjutkan tugas cerpenku di subuh hari nanti. Ku pasang terlebih dahulu alarm jam. Jam 3, mungkin waktunya cukup. Tanpa sadar ku tekan tombol kembali lalu muncul-lah kotak yang berisikan option di layar handphoneku. Ada tiga option di kotak tersebut, yaitu buang, simpan dan batal. Entah santet dari siapa yang menghinggapi jempol kananku hingga akhirnya option buang yang ku pilih.
Hening. Seketika ku sadari bahwa cerpen yang setengah jadi dan setengah mati di buat itu ter'buang' begitu saja tanpa mengucapkan kata perpisahan terlebih dahulu. Campur aduk perasaanku. Perasaanku di permainkan dengan teganya. Pupus sudah harapanku. Kini yang ku lakukan hanyalah menagis sejadi-jadinya meratapi nasib yang malang. Sambil berputar-putar di kamar dengan anehnya. Sungguh Aku menyesali tindakan yang telah ku perbuat. Ini sangat memuakkan. Tubuhku lelah dibuatnya. Aku tak habis pikir kenapa hal ini bisa terjadi begitu saja padaku. Ku habiskan cukup banyak waktu untuk menjernihkan pikiranku. Ku putuskan untuk mengerjakan tugas lainnya yang juga belum selesai. Ketika sedang menulis tugas yang lain, muncul-lah ide baru yang dapat ku pakai dalam membuat cerpenku. Tapi aku memilih untuk mengerjakannya nanti saja. Aku pun pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan membersihkan wajahku. Kemudian, ku posisikan diriku berbaring menghadap kanan di ranjang dan perlahan Aku pun tertidur.
03.00. Alarm pun berbunyi. Ku dudukkan diriku di atas ranjang. Aku mencoba untuk mengumpulkan kesadaranku sepenuhnya. Aku lirik handphoneku dan teringat akan suatu hal. Selain laptopku baruku sadari bahwa handphoneku juga rusak, entahlah tapi ku pikir baterainya bermasalah. Jika benda persegi panjang kecil nan pipih itu di matikan, maka akan sangat sulit untuk dinyalakan. Aku meringis. Lengkaplah sudah penderitaan yang ku alami. Ingin rasanya berteriak tapi takut akan ada makhluk lain yang menyauti teriakanku. Akhirnya ku putuskan untuk menulis cerpen di lembaran portofolio yang ku ambil dari lemari. Aku menghela nafas, kata orang menghela nafas sekali dapat mengurangi kebahagiaanmu satu. Cih, bahkan sebelum menghela nafas pun kebahagiaanku sudah terkuras banyak dengan sendirinya.
Menulis cerpen pun dimulai. Aku mengawalinya dengan bismillah, aku pun mulai menulis cerpen dengan ide dan alur seadanya. Cerita yang ku pakai sangat-sangat sederhana. Cerita ini juga ku ambil dari satu diantara problema kehidupanku. Ya...inilah cerpenku, alur cerita yang ku ambil terinspirasi dari kejadian semalam yang sungguh menohok hatiku yang terbilang labil dan mudah sekali untuk bawa perasaan khas ABG. Tak habis akal, konflik yang akan ku tuangkan dalam struktur komplikasi nanti adalah konflik batin berkepanjangan yang ku rasakan semalaman penuh. Tak mau terlalu rumit, ku berikan judul sederhana namun bermakna mendalam bagiku, cerpen. Tak banyak yang ku harapkan dari cerpen sederhana ini. Jujur hatiku masih sakit atas kejadian semalam. Mataku masih bengkak sebab kelakuan cengengku semalam. Hingga detik ini moodku masih sangat buruk. Entah apa yang nanti akan terjadi di sekolah. Entah apa yang akan dikatakan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia nanti kepadaku. Satu yang ku harapkan di sekolah nanti ialah ada seorang kawan yang berhati malaikat untuk meminjamkan laptopnya sebagai tempatku mengetik cerpenku nanti. Tulisan cerpenku mulai berhamburan sekarang. Aku jadi pesimis untuk mendapatkan nilai yang cukup memuaskan dalam tugas membuat cerpen.
Untuk sekian kalinya Aku menghela nafasku. Ya, sudahlah apa pun yang terjadi seharusnya aku dapat mengambil hikmah atas kejadian ini. Toh ini juga kesalahanku, walaupun tidak sengaja. Akhirnya, cerpenku selesai tepat pada waktunya. Sekarang sudah pukul 06.00 pagi. Hujan deras mengguyur atap rumahku. Ini cukup meningkatkan moodku sebab Aku sangat menyukai yang namanya hujan. Aku berdo'a kepada Allah SWT. semoga hari ini berjalan dengan lancar, Aamiin.